loader

Nenek Jamilah Hidup dari Bantuan Warga

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET. - Salah satu penerima bantuan adalah Jamilah (80) seorang wanita tua yang tinggal seorang diri di dalam rumah sepetak yang hanya berukuran 2 x 3,5 meter. Serta anaknya Farida (55) yang tinggal di sebelah rumahnya dengan ukuran rumah yang hampir sama.

 

"Bantuan biasanya sesekali dari RT, atau dari warga sekitar yang bawakan makanan dan uang. Karena saya tak sanggup lagi berdiri untuk ambil air di sumur saja susah," katanya ketika dibincangi.

 

Di usianya yang sangat renta kehidupan Jamilah sungguh memprihatinkan, untuk memenuhi kebutuhannya pun ia lebih banyak mengandalkan anak cucu yang tinggal di samping rumahnya. Dan warga yang baik hati bersedia membantu Jamilah.

 

Dari kesembilan anaknya, 2 yang masih hidup hanya Farida yang masih mau mengurusnya Sementara satu lagi tidak mau mengurus Jamilah.

 

Selama kurang lebih 4 tahun ia tinggal disini dengan menumpang tanah warga. Sempat tinggal di daerah Tangga Buntung lalu pindah karena tanah dijual oleh salah satu anaknya. Sementara yang satu lagi tinggal di samping rumahnya.

 

"Di samping ini ada rumah anak saya yang tinggal dengan cucunya sekaligus cicit saya. Cucu saya itu sudah bersuami dan hidup susah juga, jadi dak bisa bantu saya. Dengan adanya bantuan ini saya bersyukur dan berterimakasih," ungkapnya.

 

Sementara itu Farida mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ia hanya bisa bertahan dengan menanam tanaman hasil kebun dan sayuran. Sebagian hasil kebun tersebut akan ia jual.

 

"Keseharian saya cuma jual-jual hasil tanaman yang saya tanam di samping dan belakang rumah saya dan rumah ibu (Jamilah). Uangnya saja belum tentu cukup, yang penting bisa untuk makan," ujar Farida.

 

Melihat kondisi warga yang kurang mampu ini, lembaga yang aktif bergerak dalam kegiatan Dakwah, sosial, dan Pendidikan yakni Yayasan Bina Qolbu rutin memberikan bantuan kepada dua wanita tua tersebut.

 

Koordinator Divisi Sosial Yayasan Bina Qolbu Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, hari ini pihaknya menyerahkan bansos berupa sembako kepada 4 KK yang berada di Macan Lindungan.

 

"Kegiatan kami ini rutin setiap bulan, konsennya kepada warga yang sangat membutuhkan dari membutuhkan. Penerima bansos ini merupakan dari hasil survei tim lapangan Yayasan Bina Qolbu," ungkap Rozi.

 

Berbeda dengan kriteria penerima bantuan pada umumnya, Yayasan Bina Qolbu memastikan kembali calon penerima bansos tidak hanya melihat dari bangunan rumahnya saja. Tetapi mendetail sampai ke penghasilan dari warga tersebut, apakah pemasukannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Program yang sudah berjalan sejak 2018 ini pun sudah mampu memberikan bantuan kepada 100 KK yang kurang mampu tersebar di Kota Palembang, dari yang awalnya hanya 10 KK.

 

"Jadi daftar warga penerima bantuan di kami saat ini ada 100 KK. Setiap bulannya pasti ada yang kami serahkan. Jika orang-orang biasanya menilai dari rumah batu misalnya, tandanya tidak layak dapat bantuan. Justru kami punya standar sendiri jadi lebih fokus dan tepat sasaran. Biasanya setiap ada laporan atau tim survei lapangan menemukan warga yang bisa kita bantu kita langsung bergerak untuk mengeceknya," tuturnya.

 

Tak sampai disitu sistem pembagian sembako yang dilakukan pun tidak dipukul rata, namun berdasarkan jumlah anggota keluarga di dalam satu KK. Sehingga dirasa adil. "Banyaknya sembako yang diberikan tergantung anggota keluarganya, ya disesuaikanlah," singkat dia.

Share

Ads