loader

Bupati Banyuasin: Terima Kasih Buya Mencerdaskan Anak Bangsa Sejak 1988

Foto

BANYUASIN, GLOBALPLANET - "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Saya atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Banyuasin menyampaikan duka cita yang mendalam atas berpulangnya ke hadirat Allah SWT, Buya Husni Thamrin Madani Pimpinan Pondok Pesantren Qodratullah Langkan. Semoga arwah almarhum diberi tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan segenap keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran," kata Bupati, Banyuasin Askolani.

Menurut Askolani, Buya tidak hanya sebagai tokoh masyarakat tetapi juga sebagai ulama yang ikut mencerdaskan anak bangsa dengan Ponpes yang dipimpinnya.

"Ponpes ini sudah banyak generasi Kabupaten Banyuasin yang ditempah dengan ilmu agama, sosial kemasyarakat dan berbagai keterampilan lainnya, perjuangan beliau dalam mendirikan Ponpes ini kiranya menjadi inspirasi kita semua," katanya.

Untuk itu atas nama pemerintah dan masyarakat Banyuasin dirinya menyampaikan rasa terima kasih atas dedikasi dan perjuangan Buya Husni Thamrin dalam ikut serta mencerdaskan anak bangsa.

"Kita doakan semoga Almarhum Husnul Khotima, dan semua amal baiknya diterima ole Allah swt dan kehilafan di ampuni oleh-Nya," katanya.

Seperti diketahui, Buya Khusni Thamrin Madani meninggal dalam usia 67 tahun, pada Sabtu 25 Juli 2020 pukul 22.15 WIB. Dan akan dikebumikan pada Minggu 26 Juli 2020 setelah shalat Ashar di Komplek Ponpes Qodratullah Langkan.

Sementara itu, Ustadz Thabroni bercerita tentang kebijakan Buya HM. Husni Thamrin Madani, pimpinan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Qodratullah di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, tentang kebijakan tanpa seleksi bagi anak yang ingin mondok.

Buya berpesan, kalau beliau sudah tidak ada, kebijakan ini agar diteruskan. Sebab menurutnya, seorang anak yang sudah berkeinginan untuk menjadi santri mestinya harus didukung penuh. Meskipun belum bisa baca dan tulis Al Qur'an, di sini harus disediakan pengajaran secara khusus, agar dari tidak bisa jadi bisa. Demikian juga anak-anak yang dianggap nakal. Kalau tidak ada sekolah yang mau menampungnya, bagaimana bisa berubah jadi baik.

"Semoga dengan mondok di sini, kalau tidak 100%, bisa sedikitnya memberi pengaruh yang baik bagi kehidupannya kelak," katanya dikutip dari laman kompasiana.

Pondok Pesantren Qodratullah yang dimulai Buya  tahun 1988, bermula dari Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda yang didirikan oleh ayahnya Alm. Ki. M. Madani bin Abdul Shamad (wafat Th. 1982) pada tahun 1972.

Setelah membuka lahan baru, Ponpes Qodratullah kini telah menempati areal seluas hampir 2,5 hektar yang mampu menampung tak kurang dari 3000 ribu santri dan santriwati.

"Buya ini dulu selain guru agama juga petani dan pedagang  karet. Lewat kegigihannya dalam berniaga, beliau mulai membangun sedikit demi sedikit pesantren," kata Kholid Daulay, salah seorang putra Buya, mengenang masa-masa sulit ayahnya membangun pondok pesantren ini.

Kini bangunan-bangunan yang ada di komplek PP Qodratullah terdiri dari asrama dan tempat belajar putra dan putri yang dilengkapi dengan masjid, lapangan olah raga, area parkir yang luas, serta hotel syariah bagi para orang tua santri yang datang berkunjung dan perlu menginap.

"Kalau pondok ini dimulai dengan kalkulasi bisnis, biaya yang dikeluarkan untuk membangun pesantren akan terlihat tidak masuk akal alias  tidak menguntungkan. Namun jika dilihat dari keinginan Buya yang besar untuk memberikan pendidikan yang baik bagi masyarakat, maka ini jadi sangat beralasan," pungkas dia.

Share

Ads